Masa Depan Website di Era AI: Adaptasi atau Kompetisi?
Perubahan terbesar yang terjadi pada website di era AI adalah pergeseran tujuan. Jika sebelumnya banyak website dibuat hanya sebagai media informasi maupaun penarik traffic, kini website dituntut untuk lebih dari itu menghasilkan action. Entah itu, berupa pengisian formulir kontak, pembelian produk, atau pendaftaran layanan.
Hal ini terjadi karena Google dan mesin pencari lainnya kini lebih banyak menampilkan informasi langsung di halaman hasil pencarian (SERP), melalui fitur seperti featured snippet, people also ask, dan AI overview. Alhasil, user tidak lagi perlu mengklik website untuk mendapatkan jawaban. Fenomena ini dikenal sebagai zero-click search.
Bagi perusahaan seperti Tonjoo, yang berbasis di luar ibu kota, kondisi ini merupakan tantangan tersendiri. Volume pekerjaan di luar pusat ekonomi seperti Jakarta tentu berbeda. Namun, SEO menjadi jembatan untuk mengurangi kesenjangan tersebut.
Website bukan hanya sebagai etalase online, tetapi alat untuk mendapatkan leads secara aktif. Di artikel kali ini kita akan membahas lebih dalam website di Era AI, yuk simak selengkapnya!
Search Enginge Optimization (SEO) di era AI tidak bisa diperlakukan sama seperti 5 atau bahkan 2 tahun lalu. Google kini lebih selektif terhadap konten yang diindeks. Konten yang dibuat massal dengan AI tanpa value jelas akan dikategorikan sebagai scaled content abuse. Google mengedepankan prinsip E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) dalam menilai kualitas konten.
Tonjoo sendiri sudah mulai menerapkan praktik ini dalam pengembangan website dan konten mereka. Artikel-artikel yang dibuat tidak hanya dikurasi dengan cermat agar tidak terindikasi spam, tapi juga disusun agar muncul dalam fitur AI Overview Google.
Mereka bahkan mengembangkan tools internal yang mampu mengarahkan proses pembuatan artikel AI berbasis multi-step prompt, termasuk mencari referensi otomatis hingga menghasilkan struktur artikel yang siap digunakan.
Lalu, pertanyaannya apakah AI bisa dianggap sebagai kompetitor? Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fenomena yang dikenal sebagai zero-click search menyebabkan penurunan traffic secara siginfikan karena user tidak perlu klik hasil pencarian untuk menemukan jawaban dari pencarian.
Tidak selalu, dengan kemunculan ChatGPT yang kini menjadi salah satu sumber informasi utama di internet, banyak yang melihat AI sebagai ancaman langsung bagi website. Kenyataannya tidak sesederhana itu.
Sebagaimana dikutip dari data Tonjoo, tercatat adanya traffic masuk ke website mereka dari Chat GPT. Artinya, AI bisa juga menjadi referal atau sumber traffic, asalkan konten website terstruktur dengan baik dan memenuhi standar kualitas. Ini membuka peluang baru untuk menjadikan AI bukan sekadar lawan, tapi juga rekan distribusi informasi.
Namun, perlu diingat, AI tidak bisa melakukan semua hal. Dalam konteks website, AI belum bisa melakukan hal-hal seperti:
- Menyediakan dokumentasi interaktif yang kompleks
- Menghasilkan tutorial berbasis real interface dengan langkah dan tangkapan layar aktual
- Mengelola sistem transaksi atau formulir yang dinamis
Inilah celah yang dimanfaatkan oleh pengembang seperti Tonjoo yaitu dengan fokus pada value yang tidak bisa ditiru sepenuhnya oleh AI.
Salah satu contoh nyata penerapan SEO adalah strategi konten yang menargetkan long-tail keyword. Pengguna internet kini semakin sering melakukan pencarian dengan frasa yang panjang dan spesifik, misalnya, “tempat makan halal di New York” alih-alih hanya “New York”.
Konten seperti ini lebih mudah bersaing karena tidak berhadapan langsung dengan situs besar. Seperti yang sudah dilakukan oleh Tonjoo, dengan cara membuat artikel-artikel panduan atau tutorial dengan struktur yang lebih kompleks, dilengkapi dengan media visual, dan tetap mengedepankan orisinalitas dan fungsi.
Dengan demikian, meskipun secara posisi geografis mereka tidak berada di pusat ekonomi digital, mereka tetap bisa bersaing secara organik melalui kualitas konten dan pemahaman mendalam terhadap perilaku pencarian pengguna.
Baca juga: Apa Itu Local SEO dan Bagaimana Cara Melakukannya?
Dari sisi teknis, era AI juga mempengaruhi pilihan teknologi dalam pengembangan website. Tonjoo misalnya, mengandalkan stack modern seperti Next.js dan TypeScript untuk front-end, serta WordPress dan Laravel di back-end. Di awal tahun ini, mereka mulai menambahkan Python ke dalam stack mereka, karena mayoritas library AI dibangun dalam Python.
Dengan demikian, kemampuan untuk mengintegrasikan AI ke dalam website secara langsung, entah dalam bentuk chatbot, sistem rekomendasi, atau data analitik otomatis, menjadi semakin realistis.
Tonjoo juga sudah mulai bereksperimen dengan konsep “vibe coding” metode pengembangan aplikasi dengan bantuan AI secara menyeluruh, dari pembuatan struktur, logika program, hingga dokumentasi.
Salah satu tantangan baru lainnya dalam mengelola website saat ini adalah tracking. Jika sebelumnya cukup memasang script Google Analytics, kini kita harus menentukan dengan jelas apa yang menjadi key performance indicator (KPI) website: apakah form kontak, pembelian produk, atau view pada halaman tertentu?
Website Tonjoo, misalnya, tidak hanya diukur berdasarkan jumlah pengunjung, tetapi juga konversi berapa banyak orang yang mengisi form, membeli plugin, atau menghubungi tim mereka. Tracking berbasis aksi ini tentu membutuhkan pendekatan teknis yang lebih rumit dan integrasi yang lebih dalam, terutama jika ingin memahami perilaku pengguna yang datang dari sumber seperti ChatGPT atau Bing AI.
Jadi, apakah AI musuh bagi website? Tidak selalu. Seperti yang ditunjukkan Tonjoo, AI bisa menjadi tools yang berguna jika dimanfaatkan dengan tepat. Baik dalam proses produksi konten, pencarian trafik baru, maupun penguatan teknis di sisi pengembangan.
Kuncinya adalah memahami perubahan perilaku pengguna dan mengikuti perkembangan teknologi dengan adaptif. Website tidak lagi cukup hanya informatif, ia harus fungsional, konversional, dan terintegrasi dengan berbagai tools AI terbaru.
Di tengah gelombang perubahan digital yang digerakkan oleh AI, SEO bukanlah konsep usang, melainkan bidang yang semakin penting untuk dikuasai. Website yang hanya menunggu dikunjungi akan tertinggal. Namun, website yang aktif memanfaatkan AI, memahami struktur konten yang disukai mesin pencari, dan berfokus pada nilai fungsional, justru akan lebih relevan dari sebelumnya.
Tonjoo membuktikan bahwa meski bukan dari ibu kota, dengan strategi SEO dan adaptasi AI yang baik, mereka tetap bisa tumbuh dan bersaing secara nasional. AI bukan akhir dari website, melainkan awal dari era baru kolaborasi manusia, mesin, dan strategi digital yang lebih canggih dan kompleks.