Memilih Database: PostgreSQL vs MySQL, Apa Bedanya?
Database adalah tulang punggung dari banyak aplikasi dan layanan yang digunakan sehari-hari, mulai dari media sosial hingga sistem perbankan. Memilih database yang tepat berarti memilih pondasi yang kuat agar data bisa dikelola dengan efisien, cepat, dan aman sesuai kebutuhan.
PostgreSQL dan MySQL adalah dua nama yang sering muncul ketika bicara soal database open source. Keduanya memiliki fitur lengkap, stabilitas, dan komunitas besar, tapi setiap sistem memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara penggunaan dan performa. Memahami perbedaan keduanya penting supaya keputusan pemilihan database tidak sekadar berdasarkan kebiasaan, tapi informasi yang jelas.
Memilih database bukan sekadar memilih software, tapi memilih pondasi utama pengelolaan data. Kesalahan dalam pemilihan bisa berakibat pada lambatnya akses data, kesulitan scaling, dan bahkan risiko keamanan.
Setiap database punya kekuatan dan kelemahan berbeda. Penyesuaian dengan kebutuhan aplikasi sangat penting agar investasi waktu dan sumber daya tidak sia-sia. Dengan mengetahui karakteristik PostgreSQL dan MySQL, keputusan dapat diambil secara tepat dan efektif.
PostgreSQL adalah database management system yang bersifat open source dengan lisensi BSD. Dirancang sebagai database objek-relasional (ORDBMS), PostgreSQL dikenal karena kemampuannya yang kuat dalam mengelola data kompleks dan transaksi besar.
PostgreSQL adalah sistem manajemen basis data yang mendukung tipe data relasional dan objek. Fitur-fitur canggih seperti transaksi ACID, foreign key, subselect, dan view sudah menjadi bagian standar. PostgreSQL sangat fleksibel dan dapat diperluas sesuai kebutuhan.
Proyek PostgreSQL bermula dari riset di University of California, Berkeley pada tahun 1986 dengan nama POSTGRES. Pada 1996, proyek ini berganti nama menjadi PostgreSQL untuk menegaskan dukungan pada SQL. Hingga kini, komunitas open source secara aktif mengembangkan dan memeliharanya.
- Stabil dan dapat diandalkan dengan fokus pada integritas data.
- Multiversion Concurrency Control (MVCC) memungkinkan pengelolaan transaksi tanpa kunci baca.
- Mendukung tipe data kompleks, seperti JSON, XML, dan hstore.
- Ekstensibel dengan kemampuan membuat fungsi, operator, dan tipe data sendiri.
- Skalabilitas baik untuk aplikasi besar dengan beban kerja berat.
MySQL adalah sistem manajemen basis data relasional open source yang menggunakan lisensi GPL. MySQL terkenal dengan kemudahan penggunaan dan performa cepat, terutama untuk aplikasi web.
MySQL adalah RDBMS yang banyak digunakan untuk menyimpan data terstruktur. Sistem ini mendukung operasi multithreaded, multi-user, serta integrasi baik dengan bahasa pemrograman populer seperti PHP.
Baca juga: Apa Itu DBMS? Pengertian, Fungsi, Kelebihan, dan Jenis-jenisnya
Dikembangkan pertama kali pada tahun 1995 oleh perusahaan Swedia MySQL AB, MySQL kemudian diakuisisi oleh Sun Microsystems dan akhirnya oleh Oracle Corporation. Meski sempat ada kekhawatiran soal open source, MySQL tetap menjadi salah satu database paling populer.
- Open source dengan komunitas besar dan dukungan komersial.
- Cepat dalam operasi baca, terutama untuk aplikasi dengan traffic tinggi.
- Dukungan tipe data standar seperti integer, float, char, text, date, dan timestamp.
- Manajemen user dan kontrol akses yang rinci.
- Integrasi mudah dengan berbagai bahasa pemrograman dan platform.
Berikut ini beberapa fitur utama yang menjadi pembeda antara PostgreSQL dan MySQL:
MySQL unggul dalam performa baca cepat, cocok untuk website dan aplikasi dengan traffic tinggi yang didominasi query SELECT. PostgreSQL lebih handal saat menangani transaksi besar dan beban kerja kompleks, terutama dengan banyak operasi tulis dan pengelolaan data kompleks.
Skalabilitas PostgreSQL memungkinkan pemakaian pada aplikasi enterprise yang membutuhkan integritas data tinggi dan fitur canggih, sedangkan MySQL cocok untuk startup dan aplikasi web yang perlu kecepatan dan kemudahan setup.
Setiap sistem database punya kelebihan masing-masing, dan pilihan penggunaan sering kali disesuaikan dengan kebutuhan teknis dan skala proyek.
Beberapa perusahaan teknologi bahkan menggunakan lebih dari satu jenis database untuk mengoptimalkan performa di area yang berbeda. Berikut ini adalah contoh study case bagaimana PostgreSQL dan MySQL diterapkan di industri.
Instagram menggunakan PostgreSQL sebagai basis data utama untuk menyimpan data pengguna, foto, tag, dan metadata lainnya. Seiring pertumbuhan platform, tim teknik Instagram menerapkan sistem sharding untuk PostgreSQL agar tetap dapat menangani lonjakan volume data. Meskipun sempat mengevaluasi solusi NoSQL, PostgreSQL tetap dipilih karena lebih sesuai dengan kebutuhan struktural data mereka.
Dikutip dari artikel teknis di Instagram Engineering, sistem sharding ini memungkinkan pembagian ID yang efisien dan terdistribusi, menjaga performa meski data terus bertambah.
Facebook mengandalkan MySQL sebagai fondasi utama database-nya, terutama untuk aktivitas sosial seperti komentar, like, dan share. Karena tantangan skala yang besar, Facebook mengembangkan MyRocks, engine penyimpanan untuk MySQL yang lebih hemat ruang dan efisien dalam penulisan data.
Dikutip dari Facebook Engineering, penggunaan MyRocks mengurangi penggunaan storage hingga 50% dan meningkatkan efisiensi penulisan data pada sistem internal mereka.
Red Hat Enterprise Linux (RHEL) secara resmi menyertakan PostgreSQL sebagai salah satu opsi default dalam distribusinya. PostgreSQL dikenal stabil, andal, dan patuh terhadap standar, sehingga cocok untuk lingkungan enterprise seperti pemerintahan atau sektor finansial.
Seperti tercantum di situs resmi PostgreSQL, pengguna RHEL dapat langsung menginstal PostgreSQL melalui repositori bawaan menggunakan perintah dnf install postgresql-server.
Setiap sistem database memiliki pendekatan penggunaan yang berbeda sesuai kebutuhan dan kompleksitas aplikasi. Berikut penjelasan penggunaan masing-masing dari sisi instalasi, pengembangan, hingga manajemen skalabilitas.
PostgreSQL cenderung digunakan oleh tim atau developer yang memerlukan kontrol penuh atas struktur dan perilaku database. Proses setup-nya sedikit lebih kompleks dibanding MySQL, terutama jika ingin memaksimalkan fitur seperti replikasi, partisi tabel, atau indexing yang canggih.
- Instalasi: PostgreSQL bisa diinstal melalui paket manajer seperti apt, yum, atau unduhan langsung dari situs resmi. Banyak distribusi Linux seperti Ubuntu Server juga menyediakannya di repository default.
- Konfigurasi Awal: Setelah instalasi, konfigurasi awal biasanya dilakukan melalui file postgresql.conf dan pg_hba.conf, seperti pengaturan port, autentikasi, dan koneksi jaringan.
- Query Tool: PostgreSQL menyediakan psql, CLI untuk mengelola database, serta GUI seperti pgAdmin untuk pengguna yang lebih menyukai visualisasi. Tools seperti DBeaver dan DataGrip juga sangat mendukung PostgreSQL.
- Pengembangan: PostgreSQL mendukung banyak bahasa pemrograman lewat library resmi dan komunitas, seperti psycopg2 untuk Python, pg-promise untuk JavaScript, atau libpq untuk C. Untuk skenario seperti API backend atau microservices, PostgreSQL sangat kompatibel dengan ORM seperti SQLAlchemy, Sequelize, atau Prisma.
- Skalabilitas dan Manajemen: PostgreSQL cocok untuk aplikasi skala besar dan kompleks. Untuk penggunaan enterprise, tools seperti Patroni dan pgBackRest digunakan untuk high availability dan backup. PostgreSQL juga bisa dijalankan dalam container seperti Docker dengan image resmi dari Docker Hub.
MySQL lebih ramah bagi pemula dan banyak digunakan di lingkungan shared hosting, CMS, dan aplikasi web yang mengutamakan kecepatan setup dan performa baca.
- Instalasi: Instalasi MySQL juga mudah dilakukan lewat package manager (apt, yum) atau installer resmi. Banyak layanan hosting menyediakan MySQL sebagai database default tanpa perlu setup tambahan.
- Konfigurasi Awal: Biasanya cukup minimal, hanya mengatur user dan permission dasar. File konfigurasi utama terletak di my.cnf, tetapi untuk pengguna dasar, setting default seringkali sudah cukup.
- Query Tool: MySQL menyediakan CLI mysql, dan banyak pilihan GUI seperti phpMyAdmin (sering tersedia otomatis di shared hosting), MySQL Workbench, dan tools pihak ketiga seperti DBeaver.
- Pengembangan: Integrasi dengan berbagai bahasa pemrograman sangat mudah, seperti mysql-connector untuk Python dan Java, atau mysqli dan PDO untuk PHP. MySQL juga kompatibel dengan banyak ORM seperti Laravel Eloquent dan Django ORM.
- Skalabilitas dan Manajemen: Cocok untuk web app ringan hingga menengah. Untuk beban kerja besar, biasanya disertai optimasi tambahan seperti query caching, sharding, atau replikasi. MySQL juga mendukung containerization dan tersedia dalam image Docker resmi.
Baca juga: Mengenal MySQL, Definisi, Fungsi, hingga Cara Kerjanya
Memilih antara PostgreSQL dan MySQL bukan soal mana yang lebih baik secara mutlak, melainkan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan aplikasi. PostgreSQL unggul pada integritas data dan fitur yang lebih kompleks, sementara MySQL unggul dalam kecepatan dan kemudahan penggunaan.
Memahami karakteristik kedua database ini membantu mengambil keputusan tepat agar pengelolaan data berjalan lancar, cepat, dan aman. Pemilihan yang tepat akan membawa manfaat jangka panjang, dari segi performa hingga kemudahan maintenance.