news image
news 1 Februari 2019

Merancang roadmap dan model kerangka kerja TI yang matang merupakan salah satu langkah krusial dalam membangun sebuah perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi. Namun banyak yang belum menyadari bahwa pada saat merencanakan kerangka kerja TI itu juga harus merencanakan keberlangsungannya. Dalam keadaan genting yang tak dapat diprediksi, seperti bencana alam misalnya, menjaga keberlangsungan lingkungan TI pada suatu perusahaan, akan menjadi prioritas yang lebih diutamakan.

Maka dari itu perencanaan keberlangsungan bisnis (business continuity plan/BCP) menjadi strategi yang berfungsi tidak hanya sekali diterapkan, tetapi secara dinamis terus dikembangkan demi kesiapan mitigasi bencana yang lebih baik.

Strategi BCP itu sendiri mengacu pada proses mengembalikan dan menjaga fungsi bisnis dengan segera yang disebabkan oleh gangguan besar seperti bencana alam, serangan kriminal siber, dan lain sebagainya. Prosedurnya termasuk menjaga proses bisnis, aset, SDM, rekan bisnis, dan masih banyak lagi.

Tidak sedikit orang yang salah mengartikan perbedaan BCP dengan DRP (disaster recovery plan). Meskipun sekilas terdengar serupa, namun DRP mengambil fokuspada solusi mengembalikan operasional infrastruktur TI seperti sedia kala pasca bencana. DRP merupakan bagian yang melengkapi rencana keberlangsungan bisnis, rencana ini ada di tingkat infrastruktur TI yang sangat erat kaitannya dengan pendekatan teknis.


BCP diawali dengan merumuskan kebijakan-kebijakan (policy layer). Semua ancaman yang berpotensi menghambat lajunya operasional bisnis harus dihentikan. Langkah selanjutnya ialah menentukan tugas-tugas yang dibutuhkan untuk mengantisipasi ancaman selanjutnya, beserta solusinya agar fungsi bisnis kembali normal. Misalnya, menentukan waktu retention backup, atau incremental backup, dan lain sebagainya.

Mengingat setiap bencana bisa datang kapan saja, umumnya strategi ini memastikan setiap pihak terkait memiliki alamat kontak yang dapat direspon dengan cepat tanpa perlu menunggu jam kerja di kantor atau data center. Kebijakan di tingkat manajemen ini menggarisbawahi pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah beserta metode-metode yang digunakan.

Perusahaan dari lintas industri di Indonesia turut memanfaatkan Biznet Gio Cloud dan NEO Cloud sebagai layanan BCP sehingga mampu memberikan pelayanan pada konsumen akhir mereka secara berkesinambungan. Strategi mereka bukan lagi berfokus tentang melanjutkan bisnis pasca masa kritis, tetapi memastikan critical operation terus tersedia sehingga gangguan apapun bisa segera ditangani dengan tepat.

Jajaran produk yang bisa mendorong strategi BCP antara lain adalah GIO Backup, NEO Virtual Compute, NEO Block Storage, serta layanan DRaaS (Disaster Recovery as a Service) ataupun BaaS (Backup as a Service).


Solusi yang ditawarkan menjadi vital perannya mengingat belum ada penyedia layanan komputasi awan lokal yang memiliki multi-region data center di Indonesia. Untuk lebih lanjut mengenai multi-region data center, silakan mengacu pada tautan berikut ini.

Karena tidak ada yang mampu memprediksi masa depan, maka dari itu betapa pentingnya perencanaan keberlangsungan bisnis bagi tiap entitas perusahaan. Memiliki rancangan rencana BCP yang matang menunjukkan komitmen kepada para pegawai, pemegang saham, pelanggan, dan segala pihak yang terkait bahwa perusahaan Anda proaktif untuk terus berkembang dan berinovasi. Secara keseluruhan, strategi BCP meningkatkan tingkat efisiensi untuk membantu Anda mengalokasikan kebutuhan finansial dan SDM dengan lebih baik di saat gangguan datang.